Thursday, June 5, 2014

Membangun Etika Kerja pada Anak

Apakah orang tua dengan penghasilan 10.000 dolar per bulan perlu membangun kebiasaan bekerja keras pada anak-anak mereka?  Banyak orang tua membangun kebiasaan wajib bekerja dengan cara memaksa anak-anak mereka.  Meski ilmu pedagogi tidak mendukung, kebanyakan orang tua berupaya memaksa anak-anak mereka untuk bekerja  melalui intimidasi secara emosional.  Beberapa orang tua memiliki keyakinan pada cara yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan sama sekali tentang nilai evolusi kerja; idenya bahwa dengan bekerja telah membantu kera berubah menjadi manusia, orang-orang prasejarah mengajari anak-anak mereka bekerja sejak dini.
Keyakinan tanpa dasar ilmiah tentang motivasi untuk bekerja menciptakan adalah propaganda ciptaan pemerintah dan keyakinan itu tidak benar.   Motivasi sesungguhnya untuk bekerja (misalnya berburu) tidak berasal dari keinginan untuk terlihat baik di mata kenalan Anda, namun lebih karena naluri bertahan hidup.  Manusia yang lapar akan memburu antelop dan memancing ikan untuk memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Keluarga-keluarga zaman purba hidup bersama dalam rumah tangga yang besar.  Orang tua zaman purba tidak pernah berpikir untuk membangun etika kerja dalam diri anak-anak mereka mengingat anak-anak ini lapar setiap hari.  Sejak dini, anak-anak ini melihat sendiri ibu, ayah, dan kakek nenek mereka berupaya keras untuk bertahan hidup.  Hal ini dengan sendirinya mencetak pola kebiasaan dalam diri anak-anak.  Mereka tidak hanya melihat ayah mereka pergi berburu namun juga melihat sang ayah kembali dengan atau tanpa hasil buruan.
Sering kali rumah dan ruang kerja tidak dipisahkan oleh pembatas dan anak bisa langsung berada di bengkel kerja hanya dengan turun ke bawah dari ruang keluarga di lantai atas.  Pekerjaan yang dilakukan dari rumah adalah fondasi bagi keluarga pekerja. Saat bertumbuh dewasa, sang anak mulai membantu keluarga dengan sendirinya.  Seorang wanita yang menikah dan tinggal dengan keluarga suaminya akan melakukan tugas-tugas yang sama yang biasa dilakukannya di rumahnya sendiri dengan ibunya. Proses mengembangkan kebiasaan bekerja dalam diri anak-anak selalu berkaitan dengan kesulitan sehari-hari dalam kehidupan keluarga.
Dalam masyarakat modern, motivasi untuk makan telah ditinggalkan dan digantikan dengan kebutuhan masyarakat, serta pekerjaan keluarga pun telah menghilang. Kapitalisme dan pemerintah telah mengambil anak-anak yang cerdas dari keluarga mereka untuk mengisi jabatan-jabatan penting pada perusahaan dan anak-anak yang biasa-biasa sajadiberikan pekerjaan yang tidak terlalu penting.  Itulah sebabnya anak-anak modern tidak dapat mengamati pengalaman orang tua mereka dan anggota keluarga yang lain.
Pagi hari, anak-anak dan orang tua bergegas menuju tempat kerja mereka dan hanya memiliki kesempatan untuk bertemu sebagai keluarga saat makan malam. Anak-anak bergantung pada media dan model perilaku yang diciptakan oleh perusahaan sebagai pedoman hidup.  Itulah sebabnya media massa memainkan peranan yang amat penting dalam membodohi massa dan menciptakan motivasi perilaku bagi anak-anak modern.  Perusahaan telah mengambil waktu dan ruang vital dalam keluarga modern. Dalam setahun, sebuah keluarga modern hanya memiliki sepuluh hari untuk dihabiskan bersama, dan waktu ini dihabiskan untuk berwisata daripada untuk usaha keluarga.
Mari kita menengok pada keluarga tradisional Cina dan rumah/ruang kerja mereka sebagai contoh paling bagus untuk menghubungkan antara pekerjaan keluarga dan bisnis.  Sebuah keluarga besar yang terdiri dari sepuluh anggota keluarga atau lebih tinggal di rumah toko bertingkat dua hingga tiga yang sempit. Toko atau ruang kerja biasanya berada di lantai dasar.  Banyaknya kompetisi di dalam keluarga memaksa anak-anak untuk bekerja lebih dari delapan jam per hari.  Namun, pekerjaan yang dilakukan bukanlah untuk seorang majikan, melainkan bagian dari kehidupan tradisional keluarga yang termasuk bekerja, dan pekerjaan tidak dilihat begitu saja.   Kebebasan kehidupan keluarga inti mencegah majikan (pemberi kerja) mendapatkan penghasilan tambahan dari masing-masing anggota keluarga, dan akibatnya keluarga seperti ini diserang.
Keluarga tradisional seperti ini kerap diperbudak oleh negara, yang ingin menerima pemasukan dari setiap keluarga untuk kas negara atau menjalankan keinginan pemberi kerja global.  Negara menindas keluarga-keluarga semacam ini dalam banyak hal, termasuk menaikkan sewa rumah sehingga negara dapat terus mempertahankan monopoli dalam jenis bisnis tertentu.  Keluarga pekerja seperti ini sesungguhnya mampu menghidupi diri sendiri atau melakukan barter dengan biaya sepuluh kali lipat lebih murah (dari usaha kantin milik keluarga) dibandingkan dengan yang pemerintah dapat sediakan.
Kini di Singapura, rumah yang dijadikan tempat usaha hampir tidak ada lagi.  Rumah yang dijadikan tempat usaha (ruko) masih tersebar di RRT, Vietnam, dan banyak negara lain. Jika Anda menanyakan keluarga-keluarga di sana tentang caranya membangun kebiasaan bekerja pada anak-anak mereka, reaksi yang Anda dapatkan adalah tatapan keheranan, karena anak-anak mereka hidup dalam keadaan bahagia dan bukan sebagai tenaga kerja paksa.
Kita sering melihat anak-anak dari keluraga dengan penghasilan di atas 10.000 dolar per bulan menjadi parasit sosial.  Hal ini terjadi karena pembagian tenaga kerja modern memungkinkan untuk mempekerjakan pembantu rumah tangga lebih dari satu, yang pekerjaannya membebaskan anak-anak dari beban kebutuhan. Dalam keluarga seperti ini rasa lapar tidak lagi menjadi kekhawatiran. Kebutuhan yang tersisa adalah kebutuhan akan hiburan yang dipuaskan lewat melancong, mobil, pakaian, dsb. Dari sudut pandang sosial yang lebih luas, orang seperti ini adalah parasit yang sulit menemukan tempat mereka dalam masyarakat.  Sering kali, anak-anak seperti ini tidak dapat menemukan pekerjaan yang pantasuntuk diri sendiri sehingga orang tua mereka harus ikut campur agar mereka mendapat pekerjaan.
Kesimpulannya, anak-anak tidak dapat diajar etika kerja tanpa ada rasa membutuhkan.  Orang tua harus menciptakan kebutuhan seperti ini dalam diri anak-anak mereka meski keluarga mereka memiliki kekayaan yang menjamin masa depan.  Hal ini dapat dicapai orang tua dengan melibatkan anak-anak mereka dalam usaha keluarga.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 9.05.2014: http://anashell.com/anashell/2014/05/09/developing-work-ethic-children/'
[ kebiasaan bekerja keras, intimidasi secara emosional, dasar ilmiah, propaganda ciptaan pemerintah, kehidupan keluarga, masyarakat modern, Ana Shell, Membangun Etika Kerja pada Anak ]

No comments:

Post a Comment