Hanya
perlu waktu sebentar bagi siapa saja agar dapat melihat bahwa sistem pangan
dunia telah rusak. Faktanya amat jelas. Hasil pertanian dunia setiap tahunnya
berlimpah dan mampu memenuhi kebutuhan pangan semua orang di seluruh dunia,
sayangnya jutaan orang di berbagai belahan dunia masih tetap kelaparan. Sudah sepantasnya hal ini menyulut kemarahan
kita, namun, malah disembunyikan dan diabaikan oleh mereka yang cukup beruntung
untuk memiliki makanan yang berlimpah.
PBB mulai memerhatikan hal ini lewat sebuah laporan khusus tentang hak
akan pangan yang disampaikan oleh Olivier de Schutter secara terperinci.
Mari
kita perhatikan beberapa masalah terbesar dari sistem pangan dunia. Mungkin problem yang paling parah adalah
negara-negara miskin dipaksa untuk bercocok tanam bukan untuk mencukupi
kebutuhan pangan penduduknya, namun digunakan untuk membayar utang negara. Utang yang dimiliki oleh negara-negara di
Afrika dan Amerika Latin selama abad ke-20 kebanyakan berasal dari bank-bank
tidak jujur yang dimanfaatkan oleh para diktator korup, sehingga negara-negara
berkembang ini harus berupaya keras untuk memperoleh sebanyak mungkin mata uang
asing untuk membayar bunga utang agar terhindar dari gagal bayar. Akhirnya mereka hanya menghasilkan
produk-produk seperti bunga-bungaan, kopi, kakao, dan untuk Amerika Latin,
daging dan kedelai. Produk-produk ini
tidak mempunyai nilai gizi bagi masyarakat yang kelaparan, atau daging yang
dihasilkan tidak mampu dibeli oleh masyarakat setempat. Semua produk ini dipasok ke negara-negara
kaya dengan harga rendah demi membayar utang yang seharusnya dihapuskan, dan
tanah pertanian yang ada dapat digunakan untuk menanam produk pertanian bagi
penduduk setempat.
Sementara
itu, negara-negara kaya juga memiliki pertanian yang hasil utamanya adalah
gandum, biji-bijian, hasil ternak, tanaman penghasil minyak, dan kedelai. Biaya hidup yang tinggi di negara-negara ini
membuat harga produk-produk ini amat mahal - namun pemerintah negara-negara
kaya mengatasinya melalui subsidi bagi para petani untuk menekan biaya. Jadi pajak yang dibayar oleh masyarakat
menengah diberikan kepada pemilik tanah (biasanya orang kaya) karena memberikan
jasa yang benar-benar tidak efisien.
Sebenarnya subsidi yang diberikan malah membuat prosesnya lebih tidak
efisien karena para petani dianjurkan untuk memproduksi terlalu banyak - ada
yang disebut gundukan mentega dan danau susu yang akan terbuang di Eropa karena
sudah berlebihan untuk dikonsumsi orang.
Kita dapat memberikan hasil yang berlebih ini kepada masyarakat miskin
di negara lain, tetapi karena mereka tidak mampu membelinya lebih baik produk-produk
tadi dibiarkan membusuk.
Jika
semua ini tak cukup mengejutkan, ada lagi yang perlu diketahui bahwa sistem
pangan dunia juga mempercepat perubahan iklim.
Industri pertanian merusak lingkungan karena penggunaan pestisida dan
pupuk buatan secara berlebihan; pemeliharaan ternak untuk daging dan susu
menyumbangkan gas rumah kaca melalui metana yang dihasilkan; dan karena
masyarakat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi produk dalam negeri, pengiriman
bahan-bahan ini ke seluruh dunia memerlukan penggunaan bahan bakar penghasil
karbon.
Sebagai
sebuah alternatif, laporan khusus PBB akan menganjurkan pertanian berskala
kecil yang berfokus pada beragam tanaman dan sumber makanan daripada berfokus
pada hasil panen tunggal; metode-metode produksi yang tidak bergantung pada
bahan-bahan kimia; menghentikan target biofuel (sejumlah besar tanaman yang
dipanen di seluruh dunia digunakan untuk menghasilkan bensin agar terlihat
'ramah lingkungan'); menghentikan pembuangan pangan di negara-negara kaya. Semua ini adalah langkah-langkah yang baik,
namun diperlukan tindakan yang keras dari PBB jika kita ingin
menerapkannya. Sistem pangan global saat
ini memang tidak masuk akal, namun sistem ini terus beroperasi karena banyak
orang memperoleh uang banyak dari sistem ini.
Mereka akan menolak perubahan selama mungkin, bahkan tidak peduli jika
sistem yang ada mengeksploitasi orang miskin. Tampaknya diperlukan rencana
kongkrit dari kita semua untuk mendukung PBB dalam menghasilkan sesuatu yang
berkelanjutan dan adil.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 9.04.2014: http://anashell.blogspot.com/2014/04/the-global-food-system-madness-that.html
[ sistem pangan global, hasil pertanian dunia, Olivier de Schutter, sistem pangan dunia, negara-negara miskin, utang negara, menanam produk pertanian, Ana Shell ]
No comments:
Post a Comment