Sunday, May 25, 2014

Akhir Dari Perang Melawan Teror

Penculikan 200 siswa perempuan di Negeria oleh sekte ekstrimis Boko Haram mulai menjadi perhatian di media internasional karena kengerian ceritanya serta kesuksesan untuk menculik begitu banyak siswa tanpa mengetahui tempat mereka dibawa. Fokus berita kini beralih ke reaksi dari pemerintah Nigeria. Pemerintahan ini terkenal karena tidak mampu menjaga warga negaranya dan lebih mementingkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan minyak ke negara-negara barat. Mereka juga terkenal karena mengeksekusi Ken Saro-Wiwa, pemimpin protes anti minyak di wilayah Oganiland. Tindakan ini malah menjadi bumerang dan membuat reputasi masa depan Nigeria menjadi buruk.



Kini, mereka pun terbukti tak kuasa menangani Boko Haram, sebuah kelompok Islam yang namanya kurang lebih berarti ‘pendidikan barat adalah dosa’, sehingga siswi sekolah menjadi target mereka. Pemerintah Nigeria tampaknya tak mampu berbuat apa-apa untuk menghentikan kelompok teroris ini yang berdiam di wilayah gurun di bagian utara Nigeria, sebaliknya mereka malah mulai menahan para pemimpin dari kelompok demonstran di Abuja, ibukota Nigeria yang berdemo menuntut untuk bertindak. Lagi-lagi ini menjadi lagi publikasi buruk dari rezim yang tidak bisa diandalkan.

Tampaknya, Boko Haram adalah salah satu bagian dari kelompok Islam bersenjata yang menyapu wilayah sahara belakangan ini. Kita dapat melihat bahwa kelompok ini memiliki ideologi yang sama dengan kelompok ekstrimis yang mengacaukan revolusi Tuareg di Mali utara tahun 2012 sebelum mereka dilumpuhkan dengan bantuan tentara Perancis. Hal ini menyiratkan bahwa ‘perang  global melawan teror’ terus-menerus gagal dan diperlukan sebuah pendekatan baru. Menginvasi negeri muslim serta melakukan pengeboman dengan pesawat tanpa awak memang tampak efektif untuk membunuh masing-masing teroris, namun tidak menghentikan terbentuknya kelompok teroris baru. Hal tersebut justru menganjurkan orang-orang untuk mengangkat senjata melawan barat dan pemerintah Afrika yang didukung barat karena dianggap menindas rekan-rekan mereka.

Terlepas dari peperangan melawan teror itu sendiri, ekstrimis di negara-negara seperti Nigeria sebenarnya dipicu oleh kebijakan-kebijakan negara-negara barat. Kebanyakan dari sumber daya Nigeria terkonsentrasi pada industri minyak yang hanya mendatangkan manfaat pada negara-negara barat serta politikus korup dan menyisakan sedikit untuk pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Nigeria yang menderita. Tak heran ini telah mendorong sebagian besar wilayah Nigeria – khususnya yang berada di luar wilayah yang maju seperti Lagos dan Abuja – untuk kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah atau bahkan menentangnya. Perkembangan seperti ini justru menganjurkan pergerakan agama populis seperti Boko Haram yang berjanji untuk ‘menyelamatkan’ penganutnya dari kemiskinan dan penderitaan asalkan mau mengikuti sekumpulan hukum-hukum agama.

Daripada memusatkan perhatian kepada peperangan dan upaya untuk memaksakan demokrasi (meskipun ‘memaksakan demokrasi’ itu sendiri adalah oksi moron), kita perlu menemukan cara baru untuk menghentikan ekstrimisme jenis ini. Sebuah kebijakan internasional yang membantu banyak negara  untuk keluar dari kemiskinan perlu dibuat daripada bergantung pada uang yang dihasilkan dari industri minyak barat. Kita juga perlu berhenti menolerasi rezim yang bersahabat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan barat namun bersikap menghancurkan dan menindas warga negara mereka sendiri. Kita hanya bisa berharap bahwa penculikan siswi-siswi ini akan membantu para pemimpin kita untuk mengesahkan kebijakan-kebijakan baru karena mereka menyadari bahwa kelompok ekstrimis tidak akan bisa diberantas jika dihadapi dengan kekerasan semata.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 15.05.2014: http://anashell.blogspot.com/2014/05/an-end-to-war-on-terror_15.html

[ Penculikan 200 siswa perempuan, penculikan di Negeria, sekte ekstrimis, Boko Haram, Ken Saro-Wiwa, Ana Shell, Pemerintah Nigeria, revolusi Tuareg di Mali ]

No comments:

Post a Comment