Sunday, April 13, 2014

Tuntutan Keadilan Di Masa Lalu, Menjadi Sorotan Kembali

Topik perbincangan yang hangat hari ini (setidaknya di antara teman-teman saya) adalah tentang keadilan demi iklim. Pendek kata, ini berarti ada beberapa negara yang memiliki tanggung jawab atas sejumlah besar polusi yang mereka hasilkan di masa lalu. Sementara negara lain memerlukan bantuan untuk mengatasi dampak polusi tersebut, sambil memastikan mereka tidak menciptakan polusi dalam jumlah besar yang sama. Oleh karena itu, negara-negara dengan tanggung jawab di masa lampau sepatutnya membantu negara-negara lain. Hal ini memang mudah di ucapkan, namun cukup sulit untuk dilaksanakan.



Hal ini mengingatkan akan sebuah isu serupa yang baru-baru ini menjadi sorotan berita - yaitu memperbaiki dampak yang timbul akibat perbudakan. Dampak akibat perdagangan budak dari Afrika ke Amerika Utara dan wilayah Karibia masih dirasakan bahkan hingga hari ini meskipun 150 tahun telah berlalu sejak perang sipil Amerika mengakhiri perbudakan di negara tersebut (jangka waktu yang lebih lama telah berlalu sejak perbudakan dihentikan di bagian lain bumi ini). Kita masih melihat kemiskinan dan diskriminasi yang di alami oleh warga kulit hitam di Amerika Serikat. Ekonomi berbasis sumber daya di Karibia yang menyebabkan warga di sana tetap miskin. Serta konfilk dan problem di wilayah Afrika Barat, tempat asal para budak.

Saat isu-isu ini diangkat, negara-negara barat cenderung berupaya untuk mengelak dan mengabaikan mereka yang mengajukan pertanyaan tersebut. Mereka takut jika mengakui kesalahan dalam perdagangan budak, maka mereka diharapkan untuk membayarkan kompensasi milyaran dolar untuk kerusakan yang di timbulkan perbudakan selama abad yang lampau. Meski pun mereka seharusnya membayar kompensasi tersebut, mereka akan mengelak dengan alasan membayarkan sejumlah besar uang tersebut kepada suatu negara yang sarat dengan konflik dan korupsi bukanlah solusi terbaik mengingat hal itu hanya akan menambah dana di rekening bank Swiss rahasia milik beberapa orang.

Namun, sebuah rencana yang baru-baru ini di umumkan oleh beberapa negara di Karibia menyediakan solusi yang lebih tepat untuk isu perbaikan. Sebaliknya dari meminta uang secara langsung, mereka meminta negara-negara Eropa untuk membantu dalam bentuk perawatan medis dan pendidikan di sana. Mereka juga diminta untuk membantu membentuk hubungan budaya dan politik antar negara-negara Karibia dengan Afrika Barat yang merupakan tempat asal kebanyakan warga mereka.  

Semoga rencana ini dapat lebih mudah diwujudkan di bandingkan dengan permintaan uang di masa lalu, dan negara-negara Eropa dapat membantu agar rencana ini terlaksana. Hal ini merupakan kesempatan besar bagi masyarakat yang telah tertindas dan tereksploitasi sepanjang sejarah dan juga menyediakan preseden tentang cara mengatasi hal ini pada masa mendatang. Sebaliknya dari pada terobsesi dengan angka dan uang, kita dapat lebih berfokus pada kerja sama untuk menyediakan keahlian dan sumber daya yang diperlukan oleh masyarakat miskin untuk dapat melampaui krisis iklim - entah itu kemampuan untuk membuat panel surya sendiri atau cara membangun rumah yang dapat bertahan terhadap perubahan ketinggian air atau yang lainnya. Memang, hal ini memerlukan koordinasi besar-besaran dan menghabiskan biaya. Namun jika untuk topik tentang perbudakan saja dapat disepakati oleh kita semua, maka kita pasti mampu melakukannya untuk masalah lingkungan mengingat hal tersebut memengaruhi kita semua.


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 30.03.2014: http://anashell.blogspot.com/2014_03_01_archive.html

perdagangan budak, perang sipil Amerika, kemiskinan dan diskriminasi, Ekonomi berbasis sumber, perawatan medis, Ana Shell ]

No comments:

Post a Comment