Tuesday, October 29, 2013

Ledakan Energi AS – Mubazir?

Embargo minyak AS di Timur Tengah pada tahun 1973 mengakibatkan era kelangkaan energi. Sekarang, empat puluh tahun kemudian, negara berada di puncak revolusi energi dan gelombang ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ada apa dibalik revolusi ini? Teknologi baru!


Berbagai terobosan teknologi seperti pengeboran horizontal dan fraktur hidrolik (fracking) memungkinkan perusahaan-perusahaan energi menyadap cadangan minyak dan gas yang besar. Angin dan solar yang dianggap sebagai fantasi energi ramah lingkungan sekarang justru dianggap layak secara ekonomi.  Berbagai fasilitas publik  mengubah infrastruktur energi usang kita menjadi infrastruktur yang lebih cerdas dan jauh lebih efisien. 

Di tahun 2020, AS akan dapat memproduksi minya sebanyak yang dikonsumsi, dengan demikian akan mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak Timur Tengah yang kerap kali tidak stabil dan sulit diprediksi.

 “Transformasi yang telah kita saksikan selama beberapa tahun belakangan ini mulai dari kelangkaan yang parah hingga berkelimpahan, semuanya nyata,” ujar Jason Bordoff, Direktur Kebijakan Energi Global Universitas Columbia.

Manfaatnya jelas. Dengan mengganti batu bara dengan gas alam yang lebih murah, meskipun AS memperkuat manufaktur domestiknya, namun mereka telah mengurangi emisi karbon. Artinya  bahwa miliaran dollar yang dulunya terbang ke luar negeri sekarang bisa tetap tinggal di dalam negeri, sebagai modal untuk investasi masa depan.

Namun, kelimpahan energi juga merupakan serangkaian tantangan baru tersendiri. Para pecinta lingkungan telah memprotes keterlibatan pemerintah dalam  kegiatan fracking minyak dan gas, dan para ekonom telah memperingatkan bahwa ledakan energi – seperti ledakan dot com di tahun 90an – dapat terjadi  setiap saat.

Namun, ledakan tidak hanya terjadi pada minyak dan gas saja, energi terbarukan seperti solar dan angin juga tumbuh pesat. Dan berkat fokus pemerintah pada efisiensi energi, sekarang “nilai uang yang dikeluarkan” AS tiga puluh tahun lalu menjadi dua kali lipat, ketika ekonomi saat itu hanya seperti dari ukurannya sekarang!

Gas rumah kaca global telah mencapai tingkat tertingginya tahun lalu, dan pada bulan Juni Badan Energi Internasional mengklaim bahwa kita mengalami peningkatan temperatur sebesar 9.5°F di akhir abad – yang bakal hampir menggantikan akhir peradaban sebagaimana yang kita ketahui.

Direktur Eksekutif Energi dan Keberlangsungan di Universitas California – Davis, Amy Myers Jaffe mengakatan,”orang tidak dapat lagi bergantung pada harga minyak yang tinggi dan kelangkaan bahan bakar fosil untuk memotivasi agenda iklim. Seluruh gambarannya telah berubah.”


Jadi, apakah mubazir itu buruk bagi Anda? AS sedang mencari tahu.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 6 Oktober: http://anashell.blogspot.com/2013/10/the-us-energy-bubble-too-much-of-good.html

[ Energi, energi NRGLab, Departamen Energi, energi AS, affordable energy, teknologi baru, Jason Bordoff, Energi Global Universitas Columbia, Universitas California, Ana shell, Ana Shell NRGLab ]

No comments:

Post a Comment